Laman

Kamis, 16 Februari 2012

A Little About My Life

Yeah this is my blog yuhuuuuu~

Woooooy gue rohma nih. Hayi tebaaak gue yang mana di foto di bawah ini. Wkwk


Sejujurnya gue gak ngerti cara ngeblog gimana. Alhasil, ya begini lah blog gue yang sangat apa adanya.
Ini blog gue. Jelek kan ? Pastinya!


Gue itu anak SMPN 179 Jakarta loh. Udah kelas 9 tapi umurnya baru 13 tahun, bukan akselerasi tapinya gue masuk sdnya kecepetan haha.
Nah, gue sekolah di 179 itu banyak temennya (padahal sedikit) tapi ada yang paling deket. Noh si sari, wia, shafa, imeh, ayu, ismi. Gue sering ngakak bareng mereka. Gak tau kenapa gue kalo udah sama mereka tuh langsung berubah jadi gila gak ketulungan ya ampuuuun. Mereka sering banget tuh maen di rumah gue walaupun udah gue larang mereka tetep maksa yaaah sifatnya nyolot-nyolot sih :p gua juga sih hehe. Gue juga sekelas sama mereka semua di kelas 99 kecuali ayu :'( gue duduk sama sari, belakang gue wia sama ismi, belakangnya lagi imeh sama shafa, dan ayu ada di kelas 93 nyangsang sendiri. Parah kan?-_-
Nih ada sedikit gambaran pas mereka ke rumah gue









Kehidupan gue selalu dipenuhi canda, tawa, dan mmm galau. Gue itu remaja yang sangat sangat labil. Abisnya banyak banget sih hal-hal yang bikin gua galau wkwk. Tapi berhubung ada temen gue jadinya gue bisa cerita ke mereka terutama wia hehe. Kalo cerita ke wia tuh asik deh pokoknya (wia jangan geer). Si wia juga kadang cerita ke gue. Jadi kayak semacam tuker cerita gitu deh. Kalo sari katanya dia udah males banget dengerin kegalauan gue abis udah keseringan sih hehe. 

Nah gue juga punya kaka sama adek. Diantara kita betiga gue loh yang paling item B-). Kakak gue putih adek gua lumayan putih lah gue item, nyesek ya -_-. Ismi sama sari demen bangeeeeeeet ngeledekin gue kalo ada foto gue sama kakak gue. Huh!

Yaudahlah ya udahan aja nyeritainnya daripada gue tambah nyesek.

Selamat Melihat-lihat Blog Gue yang Apa Adanya ya :)
Have fun guys!




Rabu, 15 Februari 2012

Penyakit Sesaat

Hay semuaaaa. Gue mau ngeshare cerpen bikinan gue nih. Baca ya. Kalo jelek maap kan gue juga baru belajar :)





Aku, Zakiyah, dan Ibu sedang menonton televisi bersama di ruang keluarga. Kami membicarakan segala macam hal. Tiba-tiba pintu belakang terbuka dan Nenek pun masuk.
“Nah, tolong periksain gula darah gue dong. Kan lu punya alatnya.” ucap Nenek.
“Iya nek. Tunggu dulu aku ambil dulu alatnya di kamar. Nenek ke ruang tamu aja.” jawab Ibu.
Ibu pun langsung mengambil alatnya di kamar dan menghampiri Nenek di ruang tamu. Aku dan Zakiyah mengikuti ke ruang tamu. Ibu duduk di samping Nenek, aku dan Zakiyah di sampingnya.
“Nah, jangan kenceng kenceng ye nyuntiknya.” kata Nenek.
“Iya elah nek. Takut amat sih.” jawab Ibu.
“Ye….kan sakit kalo kenceng-kenceng.” kata Nenek lagi.
“Iye Nenek. Udah dong diem kan pengen disuntik.” ucap Ibu.
Ibu mulai menyuntik Nenek. Aku dan Zakiyah hanya bisa melihat tanpa bisa menyentuh alat itu. Namun, Zakiyah penasaran dan akhirnya memegang-megang jarum suntik.
“Ih Zakiyah jangan megang-megang ntar ketusuk !” teriakku.
“Iya Zak. Ntar malah masuk ke mulut lagi.” tambah Nenek
“Yah…aku pengen megang.” ucap Zakiyah lirih.
Zakiyah pun mengalah dan mulai bermain hal lain. Aku hanya bisa melihat Zakiyah bermain dan tertawa-tawa sendiri melihat tingkah laku Zakiyah. Selang beberapa menit, Zakiyah meminta minum.
“Bu, aku pengen minum nih aus.” Zakiyah meminta.
“Minta lah sama Kak Rohma.” ucap Ibu.
“Ah Ibu aja ah. Ibu udah gak ngapa-ngapain kan hehe” jawabku.
“Yaudah deh Ibu yang ngambil. Ayok Zak ambil ke dapur.” ucap Ibu lagi sambil menggendong Zakiyah bergegas ke dapur.
            Setelah Zakiyah meminum air tersebut, tiba-tiba Zakiyah sesak nafas. Mukanya membiru dan terdiam tanpa suara bahkan tidak bergerak sama sekali. Ibu pun berteriak dan semua orang yang ada di rumah itu langsung kaget. Pembantuku yang berada di belakang langsung menghampiri Ibuku. Aku dan Nenek yang sedang berada di ruang tamu juga segera berlari ke dapur.
“HAAAAAAH??!!?? ZAKIYAH KENAPAA???” teriak Ibu.
“Kenapa bu ?” tanyaku sesampainya di depan Ibuku dan melihat kondisi Zakiyah.
“Zakiyah kenapa, Nah ?” tanya Nenek juga.
“Gak tau Nek. Aku juga bingung.” Ibuku mulai panik.
            Ibuku langsung berlari keluar rumah tanpa membawa uang, memakai sandal, bahkan tanpa memakai kerudung saking paniknya. Aku, Nenek, dan Pembantuku juga ikut berlari keluar. Nenek menggedor-gedor pintu gerbang tetanggaku tetapi tidak ada yang keluar. Pembantuku berlarian mencari pertolongan. Namun aku hanya bisa diam dan menangis melihat keadaan adikku yang sangat memprihatinkan. Aku membayangkan bagaimana jika adikku pergi saat itu juga. Adik yang sangat kudambakan dari mulai aku kecil. Adik yang sangat kusayang. Adikku yang baru berumur 2 tahun. Bagaimana jika ia harus pergi dari dunia ini selama lamanya ? Semua kemungkinan itu terus berputar di otakku. Air mataku pun terus mengalir. Nenek tambah panik saat melihatku menangis seperti itu. Sedangkan Ibuku masih bingung mencari pertolongan. Saat sedang berlarian kesana kemari, ada sebuah motor vespa lewat dan Ibuku langsung menaikinya tanpa minta izin terlebih dahulu lalu menyuruh pemilik motor itu ke klinik terdekat. Untungnya pemilik motor itu adalah tetanggaku yang sudah mengenal Ibuku. Mereka pun langsung bergegas ke klinik terdekat.
            Nenek memanggil tanteku yang tinggal di sebelah rumah untuk menenangkanku. Tanteku berusaha membuatku berhenti menangis. Namun tetap saja aku tidak bisa berhenti menangis. Aku terus menangis bahkan saat menelepon ayahku memberi tahu semua yang terjadi pun aku tetap menangis.
“Ayah, Zakiyah yaaah………” ucapanku terpotong tangisku.
“Zakiyah kenapa, dek ?” tanya Ayahku sedikit panik.
“Zakiyah tadi sesek nafas gak bergerak sama sekali.” jawabku sudah bisa mengendalikan tangis.
“Yaudah kamu tenang dulu berdoa biar Zakiyah gak kenapa napa.” hibur Ayah berusaha terdengar tenang namun tetap terdengar nada suaranya panik.
“Iya yah.” jawabku sambil menahan tangis yang mulai pecah lagi.
            Seusai menelepon Ayah, aku menangis lagi. Tanteku bingung namun membiarkannya. Tante malah merapikan pakaian Ibu dan Zakiyah ke dalam tas untuk jaga-jaga apabila Zakiyah harus di rawat. Tas-tas yang sudah disiapkan satu persatu diantar ke klinik oleh tetanggaku yang sudah berkumpul di depan rumahku. Tetanggaku yang memiliki motor langsung mengantarkan tas itu. Motor pertama membawa kerudung, sandal, dan dompet Ibuku. Motor kedua membawa tas-tas itu. Motor ketiga hanya ke sana tanpa membawa apa-apa.
            Aku melihat itu semua masih sambil menangis. Air mataku seakan tak habis-habis. Terus mengalir tanpa henti. Lagi-lagi pikiranku melayang ke kemungkinan buruk yang dapat terjadi. Tangisku pecah semakin deras. Sambil menunggu kabar dari klinik, aku menerima telepon dari teman ayahku. Teman ayahku menyuruhku untuk tenang. Ia bilang semua akan baik-baik saja. Aku pun menurut dan tangisku mulai mereda sedikit-sedikit. Walaupun tangisku reda, aku tetap terdiam. Tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Nenek dan Tanteku pun bertambah bingung. Tetapi mereka tidak lagi mencoba untuk mengajakku berbicara.
            Setelah sekian lama aku diam, aku mendengar suara Ibuku memasuki pintu gerbang. Aku langsung loncat dan menghampiri Ibuku. Aku lega karena kondisi Zakiyah sudah lebih baik dari sebelumnya. Aku pun meminta Ibuku bercerita apa yang sebenarnya terjadi pada Zakiyah.
“Bu, ceritain dong sebenernya Zakiyah kenapa...” pintaku.
“Zakiyah tadi sempet gak nafas sebentar jadi mukanya biru. Paru-parunya tadi gak bisa dimasukin oksigen. Tapi tadi pas nyampe kliniknya udah gak gitu. Jadi dokternya juga cuma meriksa biasa doang. Alhamdulillah makasih Ya Allah.” jawab Ibuku.
“Oh gitu bu. Aku kira Zakiyah kenapa. Fiuuuh!” ucapku.
“Iya tuh nah si Rohma tadi ampe nangis gak kelar-kelar. Gue diemin aja abis lama banget dia nangisnya.” sela Nenek.
“Iyaa saya ampe bingung sendiri ngeliatnya. Udah panik takut Zakiyah kenapa-napa eh kakaknya nangis terus aduuuh.” tanteku menimpali.
“Hahaha. Gak papa lah itu tandanya dia sayang sama adeknya.” kata ibuku.
“Ihhh ngeselin nih Nenek sama Tante huhu.” rengekku.
“Hahahahaha!” semua tertawa bersama-sama.
            Aku pun sangaaaaaat lega setelah mengetahui adikku tidak kenapa-napa. Aku berlari ke hadapan Ibuku lalu memeluk adikku. Aku sangat menyayanginya walaupun seringkali kami bertengkar tanpa sesuatu yang jelas. Aku mengajak Zakiyah bermain sambil sesekali memeluknya. Aaaaaa Zakiyaah. Aku sayang kamu dek :) 
                                       

SELESAI

Kehidupan Remaja


Kakiku terpijak di tangga yang lebih tinggi
Waktuku melihat dunia sudah semakin lama
Sedikit demi sedikit hatiku mulai mencerna
Bergetar…Tak karuan
Bergejolak…Tambah kencang
Masa itulah…
Aku mengenal sayang

Awal ku meniti karir
Aku terperangah akan sesosok lawan wanita
Ku lirik, semakin terperangah
Lawan itu begitu gagah
Sampai-sampai ku takut mendekat
Tapi aneh…
Dikala aku takut, terselip hasrat untuk memeluk
Ku tanya pada orang
Mereka menjawab itu sayang

Detik-detik ku jalani dengan heran
Tiba-tiba sang lawan mulai menyerangku
Hatiku senang namun aku bimbang
Otakku berpikir dan tanpa sadar
Lidahku bergerak mengatakan
Aku siap menerima serangan

Bertahun sudah ku lewati bersama sang lawan
Hatiku pun mulai yakin akan semua
Namun…
Kala panah asmara tertancap tajam di benakku
Ia mencabut panah itu perlahan
Menyayat dan meninggalkan bekas luka mendalam
Ia seolah ingin mencabutnya, namun ragu
Ia tancap lagi, ia cabut lagi, dan ia tancap lagi
Sakit sungguh
Aku ingin mencabut sendiri, ia larang
Tidakkah ia sadar? Aku tersayat oleh tarik tusuk panah yang ia lakukan

Masih ku jalani dengan sang lawan
Tangis sering terlewat dihari-hari ku
Tapi aku bingung
Mengapa aku bisa menahan perih ini terus-terusan ?
Selalu ku pikirkan
Perlahan ku tau
Itu semua karena rasa sayang ku mampu mengubah semua rasa sakit ku

Berkorban rasa sudah menjadi kehidupan ku
Tanpa ia tahu…
Mungkin hatiku seperti
Daging yang ditusuk pisau tajam mengeluarkan darah segar
Ia cabut, ia tusuk, ia obati, dan ia ulangi

Sampai sekarang pun hal itu terus berulang-ulang
Ku siapkan berkilo-kilo kesabaran
Dan ku tak tau jika kisah ini mungkin akan terus berlanjut abadi
Sejenak ku yakini
Tuhan pasti siapkan hal istimewa untuk diriku dan dirinya
Hati, diri, otak ku sudah benar-benar siap menerima serangan lawan yang sangat amat ku sayangi

Tak Terlupakan



Angin lalu terngiang di rekamanku
Tergambar sesosok wanita kecil
Begitu riang  begitu gembira
Menari melenggang di sampingku

               Sahabat Kecilku
               Masihkah kau menyimpan memori tentangku ?
               Di hingar bingar kehidupan ini
               Aku terperangkap kesepian tanpa dirimu
              Temanilah Aku...
              Tak Ada yang sebaik kamu, wahai kawanku

Di zaman ini
Saat ku tidak mengenal semua sifat
Kenangan indah denganmu terungkap kembali
Terpikir olehku, kembali ke masa lampau
Tapi ku tahu, itulah yang disebut khayalan semata
Dan ku sadar...
Bersamamu adalah sesuatu yang tak akan pernah kulupakan 

Puisi Galo :D



Seketika.....ku beranjak remaja
Ku mulai mengenal pria
Dan itulah kau !

Kau mengisi rongga hatiku
Menyinari kalbuku
Indah nian itu
Namun.......kau rampas kembali dari diriku

Itu sakit
Aku meringis
Itu perih
Aku menangis

Seakan takut kehilanganmu
Aku bertahan sejenak
Lama kutunggu berubah dirimu
Tak kunjung tiba sedetik

Aku takut melihatmu menjauh pergi
Melupakan segenap rasa ini
Aku menangis di sini
Meratapi punggung yang menjauh pergi
Jika jodoh pun kita akan bertemu
Lagi.............

Namun aku gelisah
Bagaimana bila hatimu tak bisa menuntunmu kembali pada diriku ?
Hanya menoleh pun aku gembira
Bagaimana bila hatimu tersentuh hati yang lain ?
Hati yang jauh lebih indah
Bagaimana bila aku terus menunggumu di sini menangis sendiri ?
Kau tak pernah ada

Aku sayang kamu
Yang kurasakan itu
Sebentar kau membalasnya
Hanya sebentar setelah itu tiada

Air mata jatuh tak tertahan
Menitik satu per satu
Mencoba menahan
Terisak semakin dalam

Ku sadar
Kau pergi karna.....
Ingin meraih hati lain yang kau idam
Aku hanya bisa melihat dari belakang
Berpura-pura mendukung
Namu sebaliknya, aku tersungkur dan menangis

Jumat, 03 Februari 2012

Hancur Lebur


Hancur Lebur

Datang dengan kerusuhan
Pergi tinggalkan kekacauan
Itulah bencana alam
Meresahkan setiap malam

              Kau datang tanpa mengenal waktu
              Di saat semua jiwa tertidur lelap
              Kau bisa memulai aksimu
              Di saat manusia berharap
              Kau pun bisa memulai aksimu

Dirimu hadir
Bagaikan amarah sang alam semesta
Akibat ulah manusia
Dan akhirnya...
Membinasakan banyak jiwa

              Dirimu usangkan semua
              Begitu cepat begitu liar
              Meluluh lantahkan semua
              Berubah menjadi hancur lebur
Boucing Sky Blue Bow Tie Ribbon Free Lines Arrow